Menu

Makhluk Ini Bakal Punah Kalau Gunung Anak Krakatau Mengamuk, Perlu Segera Diungsikan

Satria Utama 29 Dec 2018, 11:14
Badak Jawa
Badak Jawa

RIAU24.COM -  Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau mulai meningkat sejak Juni 2018 lalu. Erupsi pun terjadi secara berkala hingga akhirnya menyebabkan tsunami akhir pekan lalu. Kondisi ini menjadi ancaman terhadap pelestarian badak jawa alias badak bercula.

Meski dalam bencana tsunami baru-baru ini belum sampai menewaskan badak Jawa, namun ancaman tetap harus diantisipasi jika Gunung Anak Krakatau sampai meletus dahsyat. Karena itu rencana memindahkan badak Jawa kembali mencuat.

Ketua Yayasan Badak Indonesia (YABI) Widodo Sukohadi Ramono mengatakan, Sumatra menjadi habitat kedua yang potensial bagi badak jawa. Sebab, badak Jawa pernah hidup di Sumatra bersama spesies badak sumatera. Meski demikian, mereka belum mensurvei titik mana yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggal badak tersebut.

"Seperti di Berbak Sembilang, itu pernah ada badak di sana. Kemudian di daerah Bukit Tiga Puluh, itu juga ada kemungkinan di situ. Lalu, hutan restorasi ekosistem, hutan harapan di Jambi, itu juga menjadi kemungkinan," ucap Widodo.

Untuk itu, diperlukan upaya pemindahan populasi badak jawa ke habitat baru. Sebab, pasca tsunami upaya tersebut semakin genting untuk dilakukan. "Kami mungkin akan melapor ke ibu direktur dan bapak dirjen terkait dengan ancaman yang nyata ini, sehingga bisa lebih cepat mengambil langkah dalam menyiapkan second habitat," kata Mamat.

Ia tak ingin nasib badak jawa berakhir karena keterlambatan upaya penyelamatan. "Seandainya suatu saat di Ujung Kulon kena letusan Anak Krakatau seperti tahun 1883, maka masih ada cadangan (badak Jawa) di tempat yang baru itu," ucapnya seperti dilansir dari laman BBC News, Sabtu (29/12).

Rencana pemindahan sebagian badak jawa ke habitat kedua sudah molor. Seharusnya, penentuan lokasi habitat kedua dilakukan pada 2017 lalu. Dengan demikian, tahun ini bisa dimulai proses pemindahan badak. Namun namanya perencanaan, kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan. "Banyak kendala, faktor teknis dan nonteknisnya, ada kendala internal, ada eksternal,” ungkap Kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Mamat Rahmat.

Perambahan lahan oleh manusia yang bisa mengancam habitat badak jawa masih terjadi di sejumlah kawasan yang akan dijadikan habitat kedua tersebut. Hal ini yang membuat rencana pemindahan badak jawa menjadi tersendat.***

 

R24/bara