Menu

Gonjang-ganjing Tabloid Indonesia Barokah, Dewan Pers Akuinya Alamatnya Fiktif

Siswandi 25 Jan 2019, 16:33
Pihak Bawaslu Jawa Tengah menunjukkan tabloid Indonesia Barokah yang kini menjadi sorotan di tengah masyarakat. Foto: int
Pihak Bawaslu Jawa Tengah menunjukkan tabloid Indonesia Barokah yang kini menjadi sorotan di tengah masyarakat. Foto: int

RIAU24.COM -  Gonjang-ganjing tentang keberadaan Tabloid Indonesia Barokah, rupanya telah ditelusuri Dewan Pers. Meski keberadaan tabloid tersebut telah membuat 'heboh' masyarakat, namun sejauh ini tidak ada yang pasti terkait keberadaan tabloid  tersebut.

Mulai dari jajaran redaksi yang berjumlah 13 orang, tapi tidak diketahui keberadaannya. Begitu pula alamat redaksinya, diketahui fiktif.

Terkait peredaran tabloid itu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah  saja melaporkannya ke kepolisian. Mereka menganggap konten dalam tabloid tersebut kontroversi dan menyudutkan Prabowo-Sandi.

Terkait hal itu, anggota Dewan Pers, Ratna Komala, mengatakan pihaknya sudah menerima pengaduan tentang tabloid itu. Pihaknya juga sudah melakukan investigasi sementara ke alamat redaksi yang tercantum dalam tabloid tersebut.

"Ternyata alamatnya itu kayak diplesetin. Tertulis Jalan Kerenkemin tapi enggak ada. Yang ada Jalan Kirinkeman," ungkapnya, kepada cnnindonesia.com, Kamis 24 Januari 2019 kemarin.

Ratna mengatakan tim Dewan Pers sudah bertanya kepada warga sekitar dan Ketua RT serta Ketua RW setempat. Semuanya menjawab tidak tahu tentang keberadaan kantor redaksi Indonesia Barokah.

Ditambahkannya, dari hasil analisa sementara tim ahli Dewan Pers, ada beberapa temuan ganjil. Salah satunya, tulisan yang dimuat dalam tabloid itu, bukan hasil peliputan. Semua tulisan diduga berasal dari hasil liputan media lain dan sudah diberitakan.

"Comot sana comot sini dari liputan yang pernah ada," terangnya.

Selain itu, sejumlah tulisan dalam tabloid itu dinilai pihaknya mengandung opini. Tergolong tidak objektif, tidak cover both side, serta tidak ada konfirmasi.

"Ada berita atau tulisan yang kategori beropini menghakimi dan beriktikad buruk," tegasnya.

Selain itu, tidak pernah ada kelompok atas nama Indonesia Barokah yang mendaftarkan diri sebagai media massa ke Dewan Pers.  Ratna juga mengkaui dirinya baru mengetahui tabloid tersebut usai diberitakan sejumlah media.

Untuk diketahui, tabloid Indonesia Barokah memiliki lambang berupa gambar wilayah Indonesia ditambah masjid berwarna hijau dengan latar belakang merah putih. Tertulis slogan 'Membumikan Islam Rahmatan Lil 'Alamin'.

Tabloid ini sudah terbit beberapa edisi. Salah satunya mengusung berita utama atau headline 'Reuni 212: Kepentingan atau Kepentingan Politik' terbit pada Desember 2018.

Seperti dilansir cnnindonesia, Jumat 25 Januari 2019, konten di dalamnya cenderung menyerang kubu paslon 02 Prabowo-Sandi. Misalnya pada halaman 6, Indonesia Barokah memuat liputan khusus berjudul 'Membohongi Publik untuk Kemenangan Politik? Membongkar Strategi Semprotan Kebohongan.' Dilengkapi dengan karikatur Ratna Sarumpaet, Fadli Zon, Sandiaga Uno, dan Prabowo Subianto.

Ada pula tulisan berjudul 'Prabowo Marah Media Dibelah' di halaman berbeda. Tidak ketinggalan, Indonesia Barokah juga mengulas agenda Hizbut Tahrir melawan negara-bangsa.

Di halaman lainnya, ada berita tentang capres petahana Joko Widodo. Namun, tergolong bernada positif. Misalnya pada halaman 13 ada konten berjudul 'Jokowi Targetkan Bangun 1.000 BLK di Pondok Pesantren.' Di halaman yang sama juga tertera tulisan bertajuk 'Pemerintah Luncurkan Beasiswa untuk Santri'.

Begitu pula saat coba didatangi ke alamat kantor redaksi, ternyata tidak pernah ada. Dalam tabloid itu disebutkan, alamat redaksi ada di Jalan Haji Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi.

Akan tetapi, jalan tersebut tidak ada. Di daerah Rawa Bacang hanya ada Jalan Kirinkeman.

Salah seorang warga yang tinggal di sekitar, Amel, mengaku tidak tahu ada kantor redaksi tabloid Indonesia Barokah di dekat rumahnya. Dia sudah tinggal selama 20 tahun dan tidak mengetahui jika ada kantor redaksi media cetak. ***

R24/wan