Menu

Ini Obat Penangkal Penyakit Hati yang Manjur

Siswandi 31 Jan 2019, 16:51
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Saat manusia ditimpa cobaan, kebanyakan akan merasa marah dan merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Tak jarang, rasa gelisah selalu menyelimuti. Khawatir ditimpa kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya dan lain-lain.

Itu semua menggambarkan kondisi penyakit hati yang sedang datang menimpa seseorang. Namun kondisi yang seperti itu, tidak akan terjadi bagi orang yang mempunyai sifat ridha terhadap segala sesuatu yang memang telah ditakdirkan Allah SWT.

Bahkan, mereka akan merasa gembira, sehingga dapat terhindar dari penyakit hati, seperti iri hati dan dengki serta buruk sangka terhadap orang lain. Inilah yang menjadi obat penangkal sakit hati yang paling manjur. Artinya, obat itu tidak datang dari luar, melainkan dari dalam diri sendiri.

Kata ridha berasal dari Bahasa Arab, radhiya yang artinya senang hati atau rela. Ridha, menurut syariah, adalah menerima dengan senang hati atas segala sesuatu yang diberikan Allah SWT, baik berupa hukum maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, ridha diartikan rela, suka, dan senang hati. Menurut epistimologis, ridha adalah ketetapan hati untuk ma keputusan yang sudah ditetapkan. Ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik.

Dilansir dari Dialog Jumat Republika, Kamis 31 Januari 2019, dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Barang siapa yang tidak ridha dengan qada (ketetapan) dan qadar (takdir)-Ku hendaklah ia mencari Tuhan selain daripada Aku." (HR At-Tabrani).

Sejatinya, terdapat pengertian ridha yang lebih tinggi dari pengertian tersebut, yaitu ridha dalam arti gembira menerima segala keputusan Allah SWT. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Zunnun al-Misri bahwa ridha adalah kegembiraan hati dalam menghadapi takdir Allah SWT.

Dalam tingkatan sufi, ridha pada peringkat pertama merupakan maqam bagi seorang sufi, sedangkan ridha pada peringkat kedua adalah hal yang merupakan karunia Allah SWT. Ridha mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.

Agar ridha bisa tumbuh di dalam hati, harus didahului dengan tumbuhnya mahabah atau cinta. Kecintaan kepada Allah SWT menyebabkan hati ridha kepada-Nya.

Imam Al-Ghazali membuat perumpamaan mengenai tumbuhnya ridha dari rasa cinta bahwa laksana seseorang yang sedang dimabuk asmara.

Suatu ketika orang yang dimabuk asmara itu sedang asyik memikirkan buah hatinya dan saat itu tidak akan tampak orang lain selain buah hati yang sangat dirindukannya tersebut. Meskipun seseorang memanggilnya, ia tidak akan mendengarnya karena hatinya telah terpaut sepenuhnya kepada kekasihnya itu.

Demikian pula dengan orang yang sedang asyik mencintai sang Maha Kekasih, Allah. Semua yang datang dari Allah niscaya akan menyenangkan hatinya dan kalbunya terasa lega dalam menghadapi ketentuan dari Allah.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung dengan hikmat dan keagungan-Nya telah menjadikan kesenangan dan kegembiraan pada ridha dan yakin. Ia pun menjadikan kesedihan dan kedukaan pada ragu dan kedongkolan." (HR At-Tabrani). ***