Menu

Melihat Geliat Petani Kakao Masa Peremajaan Sawit di Tapung, Meneguk 'Manisnya' Coklat di Masa Rehat

Elvi 8 Mar 2019, 18:29
Iwan Kartiwan,  Anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung (Prijata) di Desa Pelambaian/elpi alkhairi
Iwan Kartiwan, Anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung (Prijata) di Desa Pelambaian/elpi alkhairi

RIAU24.COM -  Tuhan tidak menjanjikan langit itu selalu biru. Akan tetapi, Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, berkah di setiap cobaan, dan jawaban dari setiap doa. Kata bijak inilah yang diyakini oleh Iwan Kartiwan (66 tahun), petani kakao warga Desa Pelambaian Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Menanam kakao, sebagai bahan pembuat coklat adalah pekerjaan baru bagi Iwan. Dia hanya salah seorang dari 30 orang anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung. Sawit yang dulu pernah membuatnya berjaya dalam soal ekonomi, kini tidak bisa lagi diharapkan karena habis sudah masa produksi hingga harus diremajakan (replanting).

Secara usia, Iwan tidak lagi muda. Akan tetapi, semangatnya tidak kalah dengan anak muda kebanyakkan. Ulet dan cekatan. Lihatlah, jemarinya lincah “menari” membersihkan setiap pokok kakao seluas seperempat hektare di pekarang belakang rumahnya.

Terasa asing memang. Sebab, puluhan tahun lamanya, Iwan hanya kenal dengan aktivitas memanen tandan buah segar (TBS) sawit miliknya seluas 2 hektare. “Lumayan, saya bisa menyekolahkan dan menghidupi 4 orang anak saya,” tutur Iwan membuka cerita.

“Akan tetapi,” jelas Iwan. “Sawit yang saya tanam tahun 1994 lalu itu sudah habis masa produksinya. Sudah tua dan tidak menghasilkan lagi. “Ini harus di-replanting. Jadi saya harus berfikir mencari tanaman alternatif sebagai pengganti selama masa replanting,” jelas pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat yang dulunya hanya seorang pedagang keliling.

Iwan bersyukur dengan adanya program pembibitan dan penanaman kakao yang dicetus oleh Kelompok Tani Prima Jaya Tapung bekerja sama dengan PT Chevron. Sehingga ia bisa bernafas lega sampai tanaman sawit bisa menghasilkan kembali untuk lima tahun ke depan.

Melakoni usaha tentunya bicara untung dan rugi. Begitu juga dengan bisnis perkebunan, di antaranya kakao dan sawit. Masa replanting,  adalah masa yang 'ditakutkan' petani sawit. Pokok sawit tua ditebang diganti dengan tanaman sawit baru.Iwan dan 30 orang anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung sadar akan hal itu.

    
Program Investasi Sosial

Iwan mencoba mengingat kembali awal ia menanam kakao. Ini berawal pada November 2016 lalu, saat PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) menggulirkan program investasi sosial dengan penerima manfaat masyarakat Tapung.

Di Desa Pelambaian inilah cikal dibentuknya ISP (Intermediate Service Provider/Induk Kelompok Binaan) Prima Jaya Tapung. Alhasil, Prima Jaya Tapung telah menjadi denyut perekonomian masyarakat setempat.

Program investasi sosial pengembangan ekonomi PT Chevron ini didasari pemetaan sosial, yang disebut dengan Prisma. Prisma merupakan singkatan dari Promoting Sustainable Integrated Farming, Small Medium Enterprise Cluster and Microfinance Access.

Menurut Manejer Humas PT Chevron Sonitha Poernomo,PT Chevron turut mendukung masyarakat di sekitar area operasi melalui kegiatan pengembangan masyarakat dengan fokus pada pendidikan, kesehatan, lingkungan, rehabilitasi bencana, serta budaya dan infrastruktur.

PT Chevron merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama dari Pemerintah Indonesia yang mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Dalam mengoperasikan blok migas, PT Chevron bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, atau disingkat SKK Migas.

Tidak sedikit program CSR yang diperuntukan oleh PT Chevron untuk masyarakat areal operasi. Sehingga, benar-benar mampu menyentuh masyarakat hingga mereka merasa diberdayakan. Kini, Iwan dan kawan-kawan anggota kelompok tani mulai memetik hasil kerja keras mereka sejak 2 tahun silam.

“Alhamdulillah, saat ini setiap bulan saya bisa menjual 30 kg biji kakau ke pedagang pengumpul. Dengan estimasi harga Rp22.000/Kg, saya sudah bisa meneguk manisnya buah coklat sebesar Rp660.000 tiap bulan di saat masa rehat produksi sawit,” kata Iwan senang.

Iwan yakin bahwa tanaman kakao menjadi solusi yang tepat saat masa replanting. Tanpa bimbingan dan arahan Ketua Kelompok Ketua Kelompok Tani Prima Jaya Tapung, Jamri, dirinya tak mungkin bisa seperti sekarang ini.

Program meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan, dan peningkatan sumber daya manusia menjadi tujuan utama usaha Kelompok Tani Prima Jaya Tapung.

Apa yang dilakukan PT Chevron sejalan dengan apa yang diamanatkan undang-undang. Ada tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004, tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pasal 76 mengatakan bahwa Kegiatan pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat oleh kontraktor dilakukan dengan berkoordinasi dengan Pemerintah daerah.

Ada benarnya apa yang dikemukakan oleh C. J. Chambell dalam buku Eating Fossil Fuels (2006), karya Dallle Allen Pfeiffer bahwa minyak akan surut. Minyak yang dimaksud adalah minyak bumi. Akan tetapi, kenyataan serupa juga terjadi pada kelapa sawit sebagai bahan utama CPO (Crude Palm Oil). Minyakbumi yang berada didalam (bumi) mulai susut, minyak di atas (sawit) pun mulai “bangkrut” (replanting).

Inilah sebuah tantangan. Sementara rakyat harus tetap makan. Pilihannya adalah sektor pertanian. Kini, rimbunan tanaman kakao mulai melambai di Desa Pelambaian, Kecamatan Tapung, Kabupaten. Kampar, Riau. Cerah hijaunya. Secerah harapan para petani kakao menjelang sawit kembali bertumbuh di bumi Melayu ini. Semoga.(Elpi Alkhairi)