Menu

Inilah Teks Lengkap Puisi Yang Dibacakan Romahurmuziy dengan Berurai Air Mata di Pengadilan Tipikor

Satria Utama 14 Jan 2020, 10:03
Romahurmuziy
Romahurmuziy

RIAU24.COM -  Mantan Ketua Umum PPP, Romahurmuziy (Rommy) membantah telah menerima suap. Ia pun berharap bebas dari segala tuntutan jaksa KPK.

Harapan ini disampaikan Rommy saat membacakan pleidoi  di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (13/1). Selain harapan agar dibebaskan, Rommy juga  membacakan puisi untuk anak dan istrinya menjelang akhir pembacaan pleidoi.

Berikut ini dua puisi yang dibacakan Rommy sembari menitikkan air mata:

Puisi pertama

Khadijahku

Khadijahku
Engkaulah hidupku yang menemani pasang dan mendampingi surutku
Yang menopang gentar dan menyangga beraniku
Di tiap Malam Minggu bertahun-tahun lalu
Aku setia mengunjungimu
Menandai masa-masa kita menyemai benih rindu
Yang seiring waktu kuyakini cinta itu mendendangkan nada yang semakin merdu
Dalam kebahagiaan di luar sana
Bersama buah hati yang kita sangat mencintainya

Khadijahku

Sepuluh bulan berlalu
Musim beradu
Seminggu dua atau tiga kali sahaja
Kau setia menjengukku dalam sendu dan haru
Menandai cinta kita di babak yang baru
Tak runtuh sedikitpun pertahananmu
Sementara ... lebih banyak menitik air mataku
Karena berpisah denganmu amat lah menyiksaku

Khadijahku

Kuharap engkau tetap dalam keteguhanmu bak perahu Nabi Nuh menantang samudra
Bersama keceriaan qurrata a'yun yang rela kukorbankan apa pun untuk kembali bersamanya
Semoga Allah kabulkan tangis dan pintaku yang kini masih dalam gelimang dosa
Untuk kembali bersamamu segera yang tak disela lagi atau ditunda
Karena rinduku tak tertahan ... padamu dan anak kita

Puisi kedua

Dzuhurku Diliput Sendu

Dzuhurku diliput sendu
Yang memandu sejak pelukan pertama anakku
Membuncah hingga perpisahannya denganku
Ternyata ia begitu menyayangiku
Begitu pun aku
Anak semata wayangku
Dengan istri tercinta yang selalu setia menemaninya dan menemaniku

Benarlah Baginda Nabi SAW berkata
Tanyalah hatimu untuk menimbang apakah sebuah perkara termasuk dosa
Ternyata hati memang tak berdusta
Aku sangat mencintainya
Dan ingin selalu berada di samping untuk mendidiknya
Selagi umurku masih bersisa
Dari caranya memeluk dan memegangi sepanjang ia ada
Aku tahu ia merasakan hal yang sama
Kerinduan yang hanya bisa dirasakan dari seorang ayah kepada anak dan sebaliknya

Anakku
Maafkan ayahmu
Yang telah membuatmu menahan pilu
Meski kau sembunyikan dalam kedewasaan dan kematanganmu yang terpaksa kau jemput sebelum kau mau
Tetesan air matamu mengguncangkanku
Ternyata rinduku untuk membelaimu yang tertahan sekian waktu
Meledak hari ini dalam dzuhurku

Anakku
Aku kuat menjalani semua keterbatasan yang saat ini menyertaiku
Namun yang tak aku kuat adalah berpisah denganmu dan ibumu
Doakan selalu ayahmu

Dalam dzikir dan sholatmu
Untuk segera berkumpul kembali denganmu
Dan dengan ibumu yang tak pernah lelah mencintai
ayahmu

Anakku
Kucoba menahan air mata saat bersamamu
Bukan karena aku ingin terlihat kuat di depanmu
Namun karena aku tak ingin memperpanjang jeritan
batinmu
Yang kutahu dalam diam mu menangisiku

Anakku
Kutitipkan ibumu
Meski hanya setiap libur semester kau bisa mengunjungiku
Tapi kau lah yang sehari-hari bersama separuh nyawa ayahmu
Jagalah kesehatannya dan jagalah hatinya
Doakan panjang umurnya
Hingga kelak kami menimang anakmu
Ingatlah surgamu di bawah telapak kaki ibumu

Anakku

Peliharalah akhlakmu
Karena dengan akhlak itu lah kau akan dikenang orang-orang yang pernah bertemu denganmu,
Meski separuh dunia lainnya membencimu,
Peliharalah agamamu dengan terus mendalaminya dengan ilmu,
Karena agama itulah yang akan memandu hidupmu,
Tinggikanlah ilmumu, Karena dengan ilmu itulah di dunia akan dihargai hidupmu

Anakku
Dengan tetesan air mata puisi ini kutulis
Sebagai rasa haru atas kunjunganmu yang menyisakan rindu
Teriring doa pada Tuhan Sang Maha Cinta
Semoga kita sekeluarga dikumpulkannya kembali segera
Anakku ... aminkan doaku