Menu

Benar-benar Brutal, Semasa Era Netanyahu Saja, Sudah Ribuan Warga Palestina Dibunuh Pasukan Israel, Termasuk Anak-anak!

Siswandi 17 Sep 2020, 12:51
Militer Israel dengan senjata lengkap mengawal sejumah bocah Palestina yang tampak ketakutan. Foto: int
Militer Israel dengan senjata lengkap mengawal sejumah bocah Palestina yang tampak ketakutan. Foto: int

RIAU24.COM -  Kekejaman dan penindasan Israel terhadap warga Palestina, sebenarnya bukan lagi sebagai sesuatu yang baru. Namun fakta berikut ini benar-benar membuat hati jadi pilu. Bayangkan saja, hanya semasa 
pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, diperkirakan ada sekitar 3.500 warga Palestina yang tewas dibunuh. Ironisnya, dari jumlah itu, tidak sedikit di antaranya berasal dari kalangan anak-anak yang tak berdosa.  

Tak hanya itu, diperkirakan masih ada ribuan warga Palestina lainnya yang terluka dalam berbagai serangan membabi buta yang dilancarkan pasukan Israel. 

“Sekitar 3.500 warga Palestina menjadi martir dalam serangan pasukan Israel di Tepi Barat dan Gaza sejak 2009, saat Netanyahu menjadi perdana menteri,” ungkap grup HAM Israel, B’Tselem, yang dilansir kantor berita Anadolu..

Yang lebih ironis lagi, dari semua yang tewas dalam serangan Israel itu, terdapat 799 anak dan 342 wanita.

Dilansir sindonews, Kamis 17 September 2020, PM Israel Benjamin Netanyahu baru saja menandatangani kesepakatan damai dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. 

Palestina menganggap kesepakatan itu sebagai pengkhianatan besar terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Pasalnya, sosok Netanyahu adalah salah satu kepala arsitek kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap rakyat Palestina. Saat menjabat PM, Israel telah dua kali melakukan serangan brutal di Jalur Gaza. 

Netanyahu yang menjabat PM selama tujuh periode itu, diketahui telah memerintahkan serangan brutal “Operation Pillar of Cloud” pada 2012 dan “Operation Protective Edge” pada 2014 di Jalur Gaza.

Menurut data B’Tselem, sebanyak 167 warga Palestina kehilangan nyawanya dalam serangan Israel di Gaza pada 2012. Namun yang lebih mengerikan, adalah serangan brutal yang dilancarkan Israel pada 8 Juli tahun 2014. Bahkan karena aksi brutal Israel itu, tahun 2014 juga tercatat sebagai tahun paling berdarah dalam sejarah Palestina.

Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), militer Israel menyerang Gaza dengan 6.000 serangan udara, dengan hampir 50.000 tembakan tank dan artileri selama 50 hari.

Dalam berbagai serangan Israel, sebanyak 2.251 warga Palestina, termasuk 551 anak dan 299 wanita menjadi martir, lebih dari 11.000 orang terluka dan lebih dari 1.500 anak menjadi yatim.

Otoritas Palestina menyatakan sebanyak 28.366 rumah hancur akibat serangan udara Israel, mengakibatkan 3.329 rumah hancur total dan 23.445 hancur sebagian.

Buntut dari aksi brutal Israel itu, saat ini ada sebanyak 65 ribu arga Palestina yang jadi gelandangan di Gaza karena sudah tak memiliki tempat tinggal. Infrastruktur rusak parah akibat berbagai serangan Israel.

Ironisnya, sejauh ini komunitas internasional hanya bisa mengecam tanpa berbuat banyak melihat berbagai agresi brutal Israel yang bersenjata lengkap terhadap warga Palestina.

Sadisnya lagi, pada era Netanyahu juga, Israel kembali melancarkan pembantaian baru di kawasan pada 2018. Peristiwa itu terjadi saat rakyat Palestina menggelar unjuk rasa damai “Great March of Return” di perbatasan Gaza sejak 30 Maret 2018. Dengan sadis, tentara Israel menyerang warga Palestina, bahkan dengan menggunakan peluru tajam. 

Parahnya, pihak Israel sendiri tampak 'santai-santai' saja, meski aksi pembantaian massal itu ditayangkan langsung secara live oleh sejumlah televisi lokal. Data Al Mezan menunjukkan, ada sebanyak 215 warga Palestina yang tewas dibunuh tentara Israel dalam kejadian itu. Sedangkan ribuan orang lainnya mengalami luka-luka. ***