Menu

Ngeri, Ditemukan Ratusan Tulang Manusia di Danau Himalaya, Ternyata Ini Penyebabnya..

Devi 7 Oct 2021, 16:40
Foto : Internet
Foto : Internet

RIAU24.COM -  Di dataran besar Himalaya ada danau glasial kecil yang diucap Roopkund. Tempat itu indah, diibaratkan semacam sesendok air bercorak permata di tengah kerikil serta kerakal agresif. Segalanya nampak menawan kecuali ratusan tulang manusia yang tersebar di dalam serta di dekat danau itu.

Tulang- tulang ini kepunyaan antara 300 serta 800 orang. Mereka sudah jadi teka- teki semenjak penjaga hutan awal kali memberi tahu penemuan ini ke dunia internasional pada tahun 1942.Belakang, teka- teki menimpa tulang- tulang manusia itu terus menjadi dalam. 

Pada 2019, hasil analisis genetik baru dari DNA purba di tulang- tulang itu dirinci ke dalam laporan riset di harian Nature Communications. 

Dilansir dari Viralpedia, riset itu menciptakan kalau paling tidak 14 orang yang wafat di danau itu bisa jadi bukan dari Asia Selatan. Gen mereka lebih sesuai dengan orang- orang era modern di Mediterania timur. Tidak hanya itu tulang- tulang dari 14 orang ini jauh lebih baru daripada mayoritas tulang yang lain di danau tersebut. Mayoritas tulang yang lain hidup pada tahun 800. Ada pula tulang- tulang dari orang- orang bergenetik Mediterania ini tampaknya wafat dekat tahun 1800.

Jadi, apa sesungguhnya yang dicoba sekelompok orang dari Mediterania di atas ketinggian 16. 500 kaki( 5. 029 m) di sudut terjauh Himalaya? Serta bagaiman amereka mati?

Teka- teki Roopkund ini menampilkan perlunya bermacam fakta buat menyelidiki masa kemudian. Tulang- tulangnya saja yang membingungkan: Tulang itu kepunyaan laki- laki serta perempuan, mayoritas berusia muda, yang tampaknya sudah wafat dalam sebagian serbuan, bisa jadi sepanjang ratusan tahun kemudian.

Sejarah lisan yang diturunkan oleh penduduk desa di dekat Roopkund menawarkan suatu uraian. Danau ini ialah jalan ziarah ke Nanda Devi, perwujudan dewi Hindu Parvati. Bagi legenda lokal, seseorang raja jauh sempat membuat marah Nanda Devi, menimbulkan ia membebaskan kekeringan di kerajaannya.

Buat menenangkan si dewi, raja mengadakan ziarah yang membawanya serta rombongannya melewati Roopkund. Tetapi raja yang bodoh itu bawa penari serta benda elegan yang lain dalam ekspedisi itu, tingkatkan kemarahan Nanda Devi. Ia menyulap badai es yang seram serta menewaskan segala rombongan, kata legenda itu sebagaimana dikutip Live Science.

Cerita ini bisa jadi tidak jauh berbeda dari peristiwa masa kemudian yang sesungguhnya. Karena, sebagian korban di Roopkund hadapi patah tulang tengkorak yang nampak semacam akibat trauma barang tumpul, bagi hasil riset.

Dugaan terbaik buat teka- teki ini merupakan orang- orang itu terperangkap di punggung bukit di atas danau dalam badai yang seram, apalagi bisa jadi pula hujan es yang mematikan. Sebagian besar korban mungkin wafat sebab paparan badai serta hipotermia. Mereka berakhir di dalam serta dekat danau sebab badan mereka terguling menuruni bukit ataupun sisa- sisa badan mereka terkelupas menuruni lereng bukit dalam longsoran kecil yang kerap terjalin di lereng.

Tetapi begitu, tidak terdapat kesimpulan tentu tentang apa yang dicoba sekelompok orang dengan gen Mediterania di sudut terpencil Himalaya dekat tahun 1800. Tidak terdapat catatan sejarah ekspedisi jarak jauh ke daerah itu.

Temuan ini mengisyaratkan batasan analisis DNA kuno, bagi Agustín Fuentes, antropolog dari Princeton University. Analisis yang dicoba merupakan menyamakan DNA kerangka di danau dengan DNA populasi era modern dikala ini. Tetapi orang- orang era dahulu sudah berpindah- pindah lumayan kerap dalam selang waktu 200 tahun lebih, sehingga agak susah buat berkata dengan pas dari mana orang- orang yang mati di danau itu berasal. Mereka bisa jadi tidak berasal langsung dari Mediterania timur, kata Fuentes dikutip The New Yorker. Mereka bisa jadi berasal dari dekat Roopkund namun mempunyai nenek moyang yang sama dengan orang- orang yang kesimpulannya menempati Mediterania timur.

Tetapi begitu, teori Fuentes itu cumalah dugaan yang tidak mempunyai fakta. Ada pula analisis pada 2019 kemudian menyertakan terdapatnya fakta non- DNA kalau orang- orang dalam kelompok yang misterius itu tidak semacam mayoritas orang yang lain yang wafat di danau. Analisis tahun 2019 itu menciptakan kalau kelompok ini mempunyai menu makan yang berbeda, ialah memiliki lebih banyak milet ataupun biji- bijian sereal, dibanding orang- orang yang secara genetik berasal dari Asia Selatan.

“ Mencampurkan bermacam fakta, informasi menampilkan kalau apa yang kami ambil sampelnya merupakan sekelompok laki- laki serta perempuan yang lahir di Mediterania timur sepanjang periode kontrol politik Ottoman,” tulis para periset.

” Semacam yang ditunjukkan oleh mengkonsumsi santapan yang didominasi santapan terestrial, bukan santapan berbasis laut, mereka bisa jadi sempat tinggal di posisi pedalaman, kesimpulannya bepergian ke serta sekarat di Himalaya. Apakah mereka berpartisipasi dalam ziarah, ataupun tertarik ke Roopkund Danau sebab alibi lain, masih jadi teka- teki.”