Menu

Terungkap 3 Alasan Banyak Pasien Kanker Lebih Pilih Berobat ke LN

Devi 2 Jul 2023, 13:28
Terungkap 3 Alasan Banyak Pasien Kanker Lebih Pilih Berobat ke LN
Terungkap 3 Alasan Banyak Pasien Kanker Lebih Pilih Berobat ke LN

RIAU24.COM - Nyaris satu juta warga setiap tahunnya memilih pengobatan ke luar negeri. Salah satu perawatan yang paling banyak dipilih adalah terkait kanker.

Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Dr dr TB Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM menyebut sedikitnya ada tiga faktor yang menjadi pemicu utama warga ramai-ramai mencari 'kesembuhan' ke negara tetangga seperti Singapura hingga Malaysia.

1. Kendala Izin Obat
Menurut dr Djumhana, izin obat untuk pasien kanker stadium awal relatif tidak terlalu banyak dibandingkan dengan mereka yang sudah di tahap metastasis atau lanjut. Hal ini juga berimbas pada penanganan pasien.

Dokter tidak bisa memberikan banyak alternatif saat pasien datang dengan kondisi tersebut. Tren yang jelas berbeda dari Singapura, hingga Malaysia. Padahal, obat yang disediakan di luar negeri sebenarnya tersedia di Tanah Air.

"Maka kita tidak bisa memberikan ke pasien karena masih bersifat off label, sehingga pasien berbondong-bondong ke Singapura atau Malaysia, untuk mencarikan di sana, lebih cepat disetujui," bebernya saat ditemui di webinar luring, Sabtu (17/6/2023).

Meski begitu, berjalannya waktu, izin obat kanker stadium awal disebutnya mulai banyak diberikan. Misalnya, obat abemaciclib yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi stadium lanjut.

Tablet oral non kemoterapi ini baru saja mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) untuk diberikan pada mereka yang terkena kanker di stadium awal, tetapi memiliki risiko tinggi, abemaciclib membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan memblokir aktivitas Cyclin-dependent kinase (CDK)4/6, sampai akhirnya sel kanker tersebut mati.

2. Kenyamanan Fasilitas
Opsi pasien untuk berobat ke luar negeri, juga dikaitkan dengan kenyamanan yang didapat. Banyak dari mereka tidak perlu mengantre dan langsung mendapat kejelasan perawatan penyakit di baliknya.

Terlebih, beban kasus kanker di Singapura jauh lebih sedikit, di tengah populasi yang hanya tercatat sebanyak 4,07 juta di 2021. Banyak dokter di sana yang juga bisa dihubungi selama 24 jam.

"Di Singapura kan tidak ada sumber pasien (dalam negeri) lagi, karena itu jadi mereka memberikan servis pelayanan paling baik untuk turis," terang dr Djumhana.

"Jadi berbondong-bondong melayani, karena etosnya etos kerja melayani," pungkas dia.

3. Kesadaran Pasien
Kesadaran pasien disebutnya juga menjadi faktor penting, banyak dari mereka seolah-olah 'denial' dengan kondisi tumor atau kanker, sehingga memilih alternatif pengobatan ke luar negeri. Harapannya tentu mendapatkan diagnosis lebih ringan dengan minim tindakan.

Padahal, mungkin saja perawatan yang diberikan hanya bersifat sementara dan risiko kanker malah semakin parah ke stadium lanjut karena tidak segera diobati. Dalam beberapa kasus, ini sering terjadi.

"Ketiga tentu kesadaran pasien, banyak pasien-pasien yang takut diobati, ketika ada benjolan malah mereka semakin ditutupi," kata dia. ***