Menu

Ternyata Kubah Masjid Bukan Peninggalan Budaya Islam, Suku Ini Pengguna Pertama

Rizka 10 Mar 2024, 12:41
Kubah bangunan masjid
Kubah bangunan masjid

RIAU24.COM Kubah sering kali menjadi tanda bangunan masjid. Hampir seluruh masjid di dunia memiliki kubah di atasnya. Bahkan, keberadaan kubah kerap diidentikkan dengan ciri khas arsitektur Islam.

Padahal, sebenarnya sejarah kubah bukan berasal dari arsitektur atau peninggalan budaya Islam. Ajaran Islam tidak mengajarkan secara konkret bentuk arsitektur tempat beribadah, melainkan memberikan kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal budi.

Berdasarkan dari arsip yang pernah dipublikasikan detikEdu, kata kubah berasal dari bahasa latin, yakni domus yang bermakna rumah. 

Kemudian, orang-orang Arab menyebut kubah sebagai qubba atau kubba yang diambil dari bahasa Suriah yang berarti bangunan setengah lingkaran.

Kubah sebelumnya sudah menjadi elemen arsitektur yang populer digunakan sebelum lahirnya Islam, yaitu pada bangunan-bangunan di wilayah Mediterania. Namun, seiring berkembangnya zaman, kubah digunakan pada berbagai bangunan, termasuk masjid.

Adapun masjid pertama yang menggunakan elemen arsitektur kubah, dilansir dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, digunakan pada abad ke-7 untuk Masjid Qubbat as-Sakhrah. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Kubah Batu atau Dome of the Rock.

Masjid Qubbat as-Sakhrah terletak di tengah-tengah kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid al-Aqsa, Kota Yerusalem. Pembangunan masjid dimulai saat Yerusalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab.

Selanjutnya, Masjid Qubbat as-Sakhrah menjadi seni bangunan agung Islam pertama yang didirikan antara tahun 685-691 M oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Kerajaan Umayyah. Kubah masjid tersebut dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Bentuk kubahnya sendiri banyak dipengaruhi oleh arsitektur Bizantium. Selain itu, di bawah kubah tersebut, terdapat batu suci yang disebut sakhrah muqaddasah sebagai saksi Nabi Muhammad SAW melakukan Mi'raj.

Pembangunan Masjid Qubbat as-Sakhrah dilakukan oleh dua orang muslim dari Palestina, yaitu Raja' bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem. Khalifah Abdul bin Marwan memprakarsai pembangunan masjid yang terdiri atas tiga tingkatan. Tingkatan pertama dan kedua tingginya mencapai 35,3 meter, sementara secara keseluruhan ketinggian masjid mencapai 39,3 meter.

Kelebihan Bentuk Kubah pada Arsitektur

Menurut pakar arsitektur bangunan, Jeffrey o Hill, bangunan yang memiliki kubah sebagai bagian dari atap jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah. 

Pasalnya, atap bangunan dengan kubah memiliki manfaat lebih besar, antara lain ruangan akan tampak lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin baik.

Di sisi lain, sebagian ahli sejarah berpendapat bangunan yang menggunakan kubah untuk pertama kalinya justru berasal dari Suku Eskimo. Arsitektur kubah pun dianggap sebagai bangunan yang sangat ideal, mengingat fleksibilitas, manfaat, dan keunggulannya.

Oleh karena itu, bangunan-bangunan masjid lain mulai menggunakan arsitektur kubah sebagai penutup atas bangunan, mengikuti Masjid Qubbat as-Sakhrah. Bentuk kubah pada masjid juga berubah mengikuti perkembangan zaman.

Tak hanya untuk memperindah tempat ibadah, bentuk kubah banyak digunakan pada bangunan-bangunan lainnya di seluruh dunia. 

Seperti halnya di Malaysia dengan kantor lembaga peradilannya (palace of justice) yang memanfaatkan bentuk kubah untuk ornamen bangunannya. Demikian pula dengan kantor Mahkamah Konstitusi RI.