Menu

Pria Ini Berhasil Bikin 100 Ribu Penjahat Tobat Serta Islamkan Ribuan Nasrani dan Yahudi

Satria Utama 2 Nov 2020, 05:35
Hadrat Syaikh Abdul Qadir/Foto/Ilustrasi/Ist/mhy
Hadrat Syaikh Abdul Qadir/Foto/Ilustrasi/Ist/mhy

RIAU24.COM -  Bagi kalangan umat Islam nama Syaikh Abdul Qadir al-Jilani tentulah bukan nama yang asing. Pasalnya, peran ulama asal negeri Baghdad dalam menyebarkan agama Islam tergolong luar biasa. Murid-muridnya tersebar hingga ke penjuru negeri.

Abul Husein Ali Husni Nadwi dalam Kitab Rijal al-Fikri wa’l-Da’wah fi’l-Islam mengutip Syaikh Umar al-Kaisani mengatakan, bahwa majelis pengajian al-Jilani dipenuhi oleh orang-orang Islam dari mualaf kalangan Kristen dan Yahudi, bekas para perampok, pembunuh dan para penjahat. 

Dia menyebutkan bahwa al-Jilani telah mengislamkan orang-orang Yahudi dan Nasrani lebih dari 5000 orang dan menundukkan (menyadarkan) lebih 100.000 orang dari kalangan penjahat.

Jika mengajar, al-Jilani duduk di kursi yang tinggi. Beliau mesti berbicara lantang dan keras agar semua muridnya yang banyak itu bisa mendengar suaranya. Disebutkan bahwa para simpatisan yang hadir dalam majelisnya mencapai 70.000 orang. 

John Spencer Trimingham (17 November 1904 – 6 March 1987) dalam bukunya berjudul The Sufi Orders in Islam merinci, Al-Jilani mengajar di madrasah pada hari Jum’at pagi dan Senin sore. Sementara Ahad pagi digunakan di surau. Ajaran al-Jilani membawa pengaruh besar terhadap masyarakat luas. Banyak kalangan Kristen dan Yahudi yang masuk Islam karena dakwah dan ajarannya. 

Keseharian al-Jilani hampir tidak mengenal istirahat. Seusai salat zuhur ia memberikan fatwa yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum. Di sore hari sebelum salat maghrib, beliau membagi-bagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah salat maghrib selalu makan malam, karena ia berpuasa sepanjang tahun. 

Sebelum berbuka beliau menjamu makan malam tetangganya. Sesudah salat isya’ berliau beristirahat sejenak di kamarnya sebagaimana layaknya tradisi para wali. Ia mencurahkan waktu siang harinya untuk mengabdi pada umat manusia, sementara di malam harinya untuk mengabdi pada penciptanya.

Al-Jilani mempunyai kepribadian yang tinggi. Ia sangat rendah hati (tawadhu’) kapada sesamanya. Akhlaknya mulia dan lapang dada. Kerendahan hatinya bisa ditandai dengan keakrabannya dalam pergaulannya dengan anak-anak, para fakir miskin dan tetangganya. Ketakwaannya kepada Allah SWT, senantiasa tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. (Baca juga: Teguran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani: Dib-Dib yang Mengerikan)

Mengenai keluhurannya pribadinya, Haradah orang sezamannya mengatakan: “Saya tidak pernah melihat seseorang yang sangat mulia, lapang dada, rendah hati, dapat dipercaya seperti Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Ia sangat memperhatikan anak-anak dan juga orang tua”.

Imam al- Isybili berkomentar, bahwa al-Jilani figur yang berwibawa, cepat menangis karena ingat Allah dalam berzikir, lembut hati, dermawan, dalam ilmunya, serta luhur budinya. 

Demikian pula al-Baghdadi menyanjungnya dengan menyebutnya, bahwa ia jauh dari perbuatan keji (fakhsya’ wa munkar), dekat dengan kebenaran serta dekat kapada Allah SWT.****