Menu

Kisah Kemiskinan Warga Kenya, Rela Menukar Harga Diri Demi Pembalut dan Jual Ginjal

Devi 22 Jul 2022, 08:57
Foto: Rela menukar harga diri demi membeli pembalut
Foto: Rela menukar harga diri demi membeli pembalut

RIAU24.COM Kenya merupakan salah satu negara yang berada di wilayah benua Afrika Timur. Berpusat di Kota Nairobi, Kenya terkenal sebagai salah satu negara yang cukup mengkhawatirkan kondisi ekonominya. Kemiskinan merajalela dan inflasi menjadi masalah utama di negara ini.

Akibatnya, pekerjaan apa saja dihalalkan oleh para warganya demi mendapatkan uang dan bertahan hidup.

Dari pekerjaan yang kasar hingga pekerjaan dengan bayaran rendah sekali pun. Berikut ini beberapa hal yang menjadi bukti kemiskinan yang terjadi di Kenya.

Kelaparan merajalela akibat kekeringan

Kenya.jpeg" style="height:371px; width:663px" />

Kelaparan sudah menjadi masalah yang mengakar di Kenya dan terjadi setiap tahun. Lebih dari 1,4 juta penduduknya menderita kelaparan akibat kekeringan berkepanjangan. Tidak cukup tersedianya air ini membuat gagalnya panen, sehingga pangan yang tersedia akan terbatas. Dampak dari kekeringan dan kelaparan ini akan paling dirasakan oleh mereka yang tidak mempunyai cukup uang. Karena, orang-orang kaya dari perkotaan akan memperebutkan pangan yang sedikit tersebut.

Rela menukar “harga diri” demi membeli pembalut

Kemiskinan, tinggal di daerah terpencil, serta minimnya pengetahuan tentang menstruasi, membuat banyak gadis rela diajak berhubungan badan demi alat sanitasi. Di daerah kumuh seperti Nairobi, para gadis rela diajak berhubungan seks oleh para sopir bus, dengan imbalan akan diantar membeli pembalut.

Kenya.jpg" style="height:382px; width:663px" />

Mereka mengiyakan hal tersebut karena tidak punya pilihan lain. Di beberapa daerah terpencil seperti pedesaan, anak-anak perempuan bahkan sama sekali tidak menjumpai adanya pembalut. Saat menstruasi, mereka lebih sering menggunakan kain bekas, bulu ayam, koran, bahkan lumpur sebagai ganti pembalut.

Ibu-ibu berhenti menyusui karena tak punya cukup uang

Seorang ibu yang baru melahirkan seharusnya mengonsumsi segala makanan yang baik dan membuat ASI lancar. Namun, hal ini tidak terjadi di Kenya. Pada tahun 2021 lalu, kepala Unit Kesejahteraan Ibu dan Anak di Pusat Penelitian Kesehatan Penduduk Afrika (APHRC), Elizabeth Kimani mengatakan bahwa anak-anak di Kenya kebanyakan berhenti menyusui saat memasuki umur 6 bulan.

Hal itu disebabkan karena kemiskinan, kesibukan sang ibu, serta minim literasi tentang pentingnya menyusui. Sang ibu harus bekerja seharian demi mendapatkan uang. Belum lagi, kemiskinan membuat para ibu tak mendapatkan nutrisi yang cukup.

Banyak penduduk yang ingin menjual ginjal mereka

Salah satu dampak dari perang Ukraina adalah naiknya biaya hidup, termasuk di Kenya. Akibat dari inflasi inilah, banyak warga yang ingin mendonorkan dan menjual ginjal mereka. Laporan ini dinyatakan langsung oleh pihak Kennyatta National Hospital.

Banyaknya pesan yang masuk ke Rumah Sakit Kenyatta, membuat pihak rumah sakit mengeluarkan larangan menukar ginjal dengan uang. Hal tersebut termasuk perbuatan yang ilegal dan dilarang. Dalam unggahan pihak rumah sakit juga menuliskan “kami tidak membeli ginjal”.

Kemiskinan yang melanda Kenya, membuat warganya rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Hal ini miris sekaligus membuat sedih. Namun, kenyataannya memang kemiskinan sudah sangat susah untuk diberantas, karena sudah mengakar sejak lama. Terutama di kawasan Nairobi, wilayah kumuh dan miskin di Kenya. Warga tidak saja hidup dalam kemiskinan, tapi juga kekurangan pangan dan kekeringan.   ***