Menu

Kanada, Australia hingga Selandia Baru Serukan Gencatan Senjata di Gaza saat Israel Brutal Serang Kamp Rafah

Zuratul 16 Feb 2024, 11:10
Kanada, Australia hingga Selandia Baru Serukan Gencatan Senjata di Gaza saat Israel Brutal Serang Kamp Rafah. (X @timesofgaza)
Kanada, Australia hingga Selandia Baru Serukan Gencatan Senjata di Gaza saat Israel Brutal Serang Kamp Rafah. (X @timesofgaza)

RIAU24.COM -Para pemimpin Kanada, Australia dan Selandia Baru pada hari Kamis menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.

Pernyataan bersama itu dirilis sebagai tanggapan terhadap laporan tentang rencana operasi militer Israel di Rafah.

“Kami sangat prihatin dengan indikasi bahwa Israel merencanakan serangan darat ke Rafah. Operasi militer ke Rafah akan menjadi bencana besar,” demikian pernyataan perdana menteri ketiga negara tersebut.

“Gencatan senjata kemanusiaan segera sangat dibutuhkan.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya akan terus melancarkan serangan terhadap Hamas di Rafah. 

Dimana Rafah merupaka  tempat perlindungan terakhir bagi pengungsi Palestina di Gaza selatan, setelah mengizinkan warga sipil untuk mengosongkan daerah tersebut.

Namun, kelompok hak asasi manusia internasional telah memperingatkan bahwa lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang berlindung di Rafah tidak punya tempat tujuan lagi. 

Sebelumnya Israel sudah menghancurkan semua wilayah yang tersisa yang sebelumnya dikatakan sebagai zona aman di Gaza. 

Pernyataan tersebut mendesak Israel untuk tidak melakukan serangan. 

Namun dikatakan bahwa gencatan senjata tidak dapat dilakukan secara “sepihak,” dan akan mengharuskan Hamas untuk melucuti senjatanya dan segera membebaskan semua sandera yang tersisa.

Para pemimpin juga mengatakan bahwa keputusan Mahkamah Internasional pada bulan Januari mengenai kasus genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan mewajibkan Israel untuk melindungi warga sipil dan memberikan layanan dasar serta bantuan kemanusiaan yang penting.

“Perlindungan warga sipil adalah hal terpenting dan merupakan persyaratan berdasarkan hukum humaniter internasional,” kata pernyataan itu.

“Warga sipil Palestina tidak bisa dipaksa membayar akibat mengalahkan Hamas.”

Tuntutan delusi

Di Kairo, mediator dari Amerika Serikat, Qatar dan Mesir berusaha menjadi perantara kesepakatan yang akan menghentikan pertempuran dan membebaskan sekitar 130 sandera yang masih berada di Gaza dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

“Israel tidak menerima proposal baru dari Hamas di Kairo mengenai pembebasan sandera kami,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan menyusul laporan media Israel bahwa delegasi negara tersebut diberitahu untuk tidak bergabung kembali dalam perundingan sampai Hamas melunakkan pendiriannya.

Meskipun dia tidak mengomentari secara langsung laporan tersebut, Netanyahu mengatakan: “Saya bersikeras agar Hamas membatalkan tuntutan khayalan mereka, dan ketika mereka membatalkan tuntutan ini, kita dapat melanjutkan.”

(***)